Selasa, 24 Maret 2009

APAKAH MANUSIA DAN KERA BERASAL DARI NENEK MOYANG YANG SAMA???????????????????????????????

Apakah Manusia dan Kera Berasal dari Nenek Moyang yang Sama?

Darwinis menyatakan bahwa manusia modern saat ini berevolusi dari makhluk serupa kera. Menurut mereka, selama proses evolusi yang diperkirakan berawal 4-5 juta tahun lalu, terdapat beberapa “bentuk transisi” antara manusia modern dan nenek moyangnya. Menurut skenario yang sepenuhnya rekaan ini, terdapat empat “kategori” dasar:Evolusionis menyebut nenek moyang pertama manusia dan kera sebagai “Australopithecus”, yang berarti “Kera Afrika Selatan”. Australopithecus hanyalah spesies kera kuno yang telah punah, dan memiliki beragam tipe. Sebagian berperawakan tegap, dan sebagian lain bertubuh kecil dan ramping.Evolusionis menggolongkan tahapan evolusi manusia berikutnya sebagai “homo”, yang berarti “manusia”. Menurut pernyataan evolusionis, makhluk hidup dalam kelompok Homo lebih berkembang daripada Australopithecus, dan tidak terlalu berbeda dengan manusia modern. Manusia modern di zaman kita, Homo sapiens, dikatakan terbentuk pada tahapan terakhir evolusi spesies ini.Masalahnya, apa yang disebut sebagai Australopithecus dalam skenario khayalan yang dibuat oleh evolusionis sebenarnya adalah kera yang telah punah, dan apa yang digolongkan kepada seri Homo tersebut merupakan anggota dari beragam ras manusia yang hidup di masa lampau dan telah menghilang. Evolusionis menyusun beragam kera dan fosil manusia dalam urutan dari yang terkecil kepada yang terbesar untuk membentuk skema “evolusi manusia”. Riset, bagaimanapun, telah menunjukkan bahwa fosil-fosil ini sama sekali tidak mengarah kepada proses evolusioner dan beberapa dari yang dianggap sebagai nenek moyang manusia ini benar-benar kera dan sebagian lagi benar-benar manusia.Sekarang, mari kita memperhatikan Australopithecus, yang bagi para evolusionis merupakan tingkat pertama dari skema evolusi manusia.


Australopithecus: Spesies Kera yang telah Punah

para evolusionis menyatakan bahwa Australopithecus merupakan nenek moyang paling primitif dari manusia modern. Mereka merupakan spesies tua dengan struktur kepala dan tengkorak serupa dengan kera modern, walau kapasitas tempurung kepalanya lebih kecil. Menurut pernyataan evolusionis, makhluk-makhluk ini memiliki sifat sangat penting yang membuktikan bahwa mereka adalah nenek moyang manusia: bipedalisme. Gerakan kera dan manusia sangat berbeda. Manusia adalah satu-satunya makhluk hidup yang bergerak dengan bebas menggunakan kedua kakinya. Beberapa hewan juga memiliki kemampuan terbatas untuk bergerak seperti ini, tetapi mereka yang memiliki kerangka yang bungkuk.Menurut evolusionis, makhluk-makhluk hidup yang disebut Australopithecus ini memiliki kemampuan untuk berjalan membungkuk, tidak dengan postur tegak seperti manusia. Walau begitu, cara berjalan bipedal yang terbatas ini sudah cukup untuk membuat evolusionis untuk memproyeksikan bahwa makhluk ini merupakan nenek moyang manusia.Bagaimanapun, bukti pertama yang menyanggah pernyataan tanpa bukti para evolusionis bahwa Australopithecus merupakan bipedal datang dari evolusionis sendiri. Kajian-kajian mendetail pada fosil-fosil Australopithecus memaksa evolusionis untuk mengakui bahwa mereka tampak “terlalu” mirip kera. Setelah melakukan riset anatomis terinci pada fosil-fosil Australopithecus pada pertengahan tahun 1970-an, Charles E. Oxnard mempersamakan struktur kerangka Australopithecus dengan milik orang utan modern. “Sebuah bagian penting dari kebijaksanaan konvensional dewasa ini tentang evolusi manusia didasarkan pada kajian atas gigi, rahang dan fragmen-fragmen tengkorak fosil-fosil Australopithecus. Ini semua menunjukkan bahwa hubungan terdekat antara asutralopithecus dengan silsilah manusia mungkin tidak benar. Semua fosil ini berbeda dari gorila, simpanse dan manusia. Jika dikaji sebagai sebuah grup, Australopithecus lebih mirip dengan orang utan.” 8Yang benar-benar memalukan evolusionis adalah temuan bahwa Australopithecus tidak mungkin berjalan dengan dua kaki dan dengan postur bungkuk. Hal ini secara fisik akan sangat tidak efisien bagi Australopithecus, yang dinyatakan sebagai bipedal tapi dengan cara berjalan membungkuk, untuk berjalan seperti itu karena akan membutuhkan energi yang sangat besar. Melalui simulasi komputer pada tahun 1996, ahli Paleoantropologi Inggris Robin Crompton juag menunjukkan bahwa cara berjalan “gabungan” seperti itu tidak mungkin. Crompton mencapai kesimpulan berikut: makhluk hidup dapat berjalan dengan salah satu dari dua cara: tegak atau dengan empat kaki. Bentuk cara berjalan di antara keduanya tidak dapat dilakukan untuk periode yang yanjang karena membutuhkan energi yang sangat besar. Ini berarti bahwa Australopithecus tidak mungkin sekaligus bipedal dan memiliki posisi berjalan membungkuk.Barangkali kajian terpenting yang menunjukkan bahwa Australopithecus tidak mungkin bipedal adalah di tahun 1994 dari riset ahli anatomi Fred Spoor dan timnya di Departemen Anatomi Manusia dan Biologi Seluler di Universitas Liverpool, Inggris. Grup ini melakukan melakukan kajian atas bipedalisme pada makhluk-makhluk hidup yang memfosil. Riset mereka menyelidiki mekanisme keseimbangan secara tak sengaja yang ditemukan dalam rumah siput pada telinga, dan temuan menunjukkan secara meyakinkan bahwa Australopithecus tidak mungkin bipedal. Ini membantah klaim apa pun bahwa Australopithecus menyerupai manusia.

Seri Homo : Benar-benar Manusia

Langkah selanjutnya dalam evolusi manusia rekaan adalah “Homo”, yaitu seri manusia. Makhluk-makhluk hidup ini adalah manusia yang tidak bebeda dari manusia modern, tetapi memiliki beberapa perbedaan rasial. Karena berusaha untuk membesar-besarkan perbedaan-perbedaan ini, evolusionis menampilkan orang-orang ini tidak sebagai suatu “ras” manusia modern, tetapi sebagai suatu “spesies” yang berbeda. Bagaimanapun, sebagaimana kita akan segera lihat, orang-orang pada seri Homo tidak lebih dari tipe ras manusia biasa.Menurut skema rekaan evolusionis, evolusi internal spesies Homo adalah sebagai berikut: pertama Homo erectus, kemudian Homo sapiens purba dan Manusia Neandertal, lalu Manusia Cro-Magnon dan terakhir manusia modern. Walau klaim evolusionis bertolak belakang, semua “spesies” yang telah kita sebutkan di atas tidak lain dari manusia murni. mari kita pertama menguji Homo Erectus, yang dirujuk evolusionis sebagai spesies manusia yang paling primitif.Bukti paling mengejutkan yang menunjukkan bahwa Homo erectus bukanlah spesies “primitaif” adalah fosil “Anak Lelaki Turkana”, salah satu sisa Homo erectus tertua. Fosil tersebut diperkirakan milik seorang anak laki-laki berusia 12 tahun, yang mungkin akan mencapai tinggi dewasa 1,83 meter. Struktur kerangka yang tegak dari fosil tidak berbeda dengan manusia modern. Struktur kerangkanya yang tinggi dan langsing sepenuhnya menyerupai milik orang-orang yang tinggal di wilayah tropis pada zaman kita. Fosil ini merupakan salah satu dari bukti paling penting bahwa Homo Erectus tidak lebih dari spesimen lain dari ras manusia modern. Ahli paleontologi evolusionis Richard Leakey membandingkan antara Homo erectus dan manusia sebagai berikut:Perbedaan bentuk tengkorak, tingkat tonjolan wajah, kekokohan dahi dan sebagainya akan terlihat. Perbedaan-perbedaan ini mungkin seperti yang kita saksikan saat ini pada ras-ras manusia modern yang terpisah secara geografis. Variasi biologis semacam ini muncul ketika populasi-populasi saling terpisah secara geografis untuk kurun waktu yang lama.9 Hal yang ingin disampaikan oleh Leakey adalah bahwa perbedaan antara Homo erectus dan kita tidak lebih dari perbedaan antara Negro dan Eskimo. Bentuk tempurung kepala Homo erectus berasal dari cara makan mereka, dan emigrasi genetis dan dari tidak berasimilasinya mereka dengan ras-ras manusia lainnya selama periode yang panjang.Bukti kuat lainnya bahwa Homo erectus bukan spesies “primitif” adalah bahwa fosil dari spesies ini yang digali berumur 27.000 tahun dan malahan 13.000 tahun. Menurut artikel yang dimuat dalam Time – yang bukanlah terbitan periodis ilmiah, namun bagaimanapun memiliki efek mempengaruhi duania ilmu pengetahua – fosil Homo erectus berusia 27.000 tahun ditemukan di pulau Jawa. Di rawa Kow di Australia, beberapa fosil berusia 13.000 tahun ditemukan dengan membawa karakteristik Homo Sapiens-Homo erectus. Semua fosil ini menunjukkan bahwa Homo erectus terus hidup hingga ke masa yang sangat dekat dengan zaman kita dan mereka tak lebih dari ras manusia yang sejak itu telah terkubur dalam sejarah.

Homo Archaic dan Manusia Neandertal

Homo sapiens archaic adalah pelopor dari manusia kontemporer dalam skema evolusioner rekaan. Nyatanya, evolusionis tidak berbicara banyak tentang manusia-manusia ini, seakan hanya terdapat perbedaan-perbedaan minor di antara mereka dan manusia modern. Beberapa periset malah menyatakan bahwa perwakilan dari ras ini masih hidup hari ini, dan menunjuk suku Aborigin di Australia sebagai contoh. Seperti Homo sapiens, Aborigin juga memiliki alis mata yanag tebal dan menonjol, struktur mandibular yang cenderung ke dalam, dan volume tempurung kepala yang sedikit lebih kecil. Lebih jauh lagi, penemuan-penemuan yang berarti telah didapat, mengisyaratkan bahwa manusia semacam itu pernah hidup di Hungaria dan beberapa desa di Italia sampai beberapa waktu yang lalu.Evolusionis menunjuk fosil manusia yang digali di lembah Neander di Belanda yang telah dinamai Manusia Neandertal sebagai suatu sub spesies dari manusia modern dan menamakannya “Homo sapiens neandertalensis”. Jelas bahwa ras ini hidup bersama dengan manusia modern, pada waktu dan area yang sama. Temuan-temuan membuktikan bahwa Neandertal mengubur mayat kerabat mereka, membuat alat musik dan memiliki hubungan kebudayaan dengan Homo sapiens sapiens yang hidup seperiode. Struktur tengkorak dan kerangka yang sepenuhnya modern dari fosil-fosil Neandertal tidak terbuka atas spekulasi apa pun. Seorang pakar dalam subjek ini, Erik Trinkaus dari Universitas New Mexico menulis:Perbandingan anatomis terperinci antara sisa-sisa kerangka Neandertal dengan kerangka manusia modern tidak menunjukkan dengan pasti bahwa kemampuan lokomotif, manipulatif, intelektual atau bahasa Neandertal lebih rendah dari manusia modern.10 Nyatanya, Neandertal malah memiliki beberapa kelebihan “evolusioner” dibanding manusia modern. Kapasitas tempurung kepala Nendertal lebih besar dari manusia modern dan mereka lebih kekar dan berotot dibandingkan kita. Trinkaus menambahkan: “Salah satu keistimewaan Neandertal yang paling karakteristik adalah kemasifan yang luar biasa dari tulang-tulang batang tubuh dan anggota badannya. Semua tulang yang terawetkan menunjukkan kekuatan yang jarang dimiliki manusia modern. Lebih jauh lagi, tidak hanya kekekaran ini tampak pada lelaki dewasa, seperti yang diperkirakan orang, tetapi juga muncul pada wanita dewasa, remaja bahkan anak-anak.”Persisnya, Neandertal merupakan suatu ras manusia khusus yang terasimilasi dengan ras-ras lain dengan perjalanan waktu.